ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan pembuatan garam
kompleks tetrammintembaga(II)
sulfat hidrat dan garam rangkap kupri ammonium sulfat hidrat yang bertujuan untuk mempelajari reaksi pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat hidrat [CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O]
dan garam kompleks tetrammintembaga(II)
sulfat heksahidrat [Cu(NH3)4SO4.6H2O].
Suatu
garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen
dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam yang
mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks, Garam kompleks tetramminocopper(II)
sulfat heksahidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O
dihasilkan dengan mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O
yang berwarna biru dengan larutan NH3 pekat. Dari campuran kedua
bahan ini dihasilkan larutan biru tua. Berdasarkan hasil pengamatan kristal
garam kompleks yang diperoleh yaitu 0,9172 g dan rendemennya 91,72 %. Garam rangkap kupriammonium sulfat heksahidrat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.
Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O
berwarna biru muda sedangkan garam ammonium
sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih dan
campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Kristal garam
rangkap yang diperoleh sebesar 8,7198 g dan rendemen yang diperoleh yaitu 87,198%.
PENDAHULUAN
Suatu garam yang
terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau
lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam yang
mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam
kompleks, misalnya heksamminkobalt(III) kloroda Co(NH3)6Cl3
dan kalium heksasianoferat(III) K3Fe(CN)6. Bila suatu
kompleks dilarutkan, akan terjadi pengionan atau disosiasi, sehingga akhirnya
terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa (tidak berdisosiasi) (Harjadi,
1993).
Suatu zat cair jika
didinginkan, terjadi gerakan translasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan
gaya tarik molekul-molekul makin besar hingga setelah mengkristal molekul
mempunyai kedudukan tertentu dalam kristal. Panas
yang terbentuk pada kristalisasi disebut panas pengkristalan. Selama
pengkristalan terjadi kesetimbangan dan akan turun lagi saat pengkristalan
selesai (Sukardjo, 1997).
Salah
satu contoh garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)SO4.6H2O
dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O.
Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan
mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang
menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan. Semua garam-garam tersebut
terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu
didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap akibat kelarutannya rendah
dalam air dingin, dapat dimurnikan lewat kristalisasi karena kelarutannya
meningkat secara mencolok dengan meningkatnya suhu. Kristal-kristalnya biasanya
berbentuk oktahedral (Day, 1999).
Proses pembentukan dari
garam rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan
perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan
tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Kompleks ialah suatu satuan
baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi
membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini, kompleks yang
terbentuk masing-masing berisi sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi
dari lebih banyak komponen seperti kompleks [Pt(NH3)2Cl4]
dan [Pt(NH3)Cl3]. Contoh dari garam rangkap adalah garam
alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium
sulfat, Fe(NH3)2(SO4).6H2O (Harjadi,
1993).
Garam
rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Garam
kompleks berbeda dengan garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat
merupakan dasar penetapan titrimetri, mencakup pembentukan kompleks atau ion
kompleks yang larut namun sedikit sekali terdisosiasi. Satu contoh adalah
reaksi ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2–
yang sangat stabil (Day, 1999).
ALAT , BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi gelas kimia 50 dan100
mL, kaca arloji, batang pengaduk,
spatula, corong gelas, oven, cawan porselen, penyangga corong, kertas
saring, penjepit cawan porselin, pipet tetes,
gelas ukur 50 mL, kaki tiga + kasa asbes, pembakar spirtus dan botol semprot.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini berupa padatan dan cairan. Bahan
padatan merupakan garam yaitu CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 ,
sedangkan zat cair merupakan
pereaksi yang terdiri dari KSCN 0,5M , Amonia pekat dan Alkohol.
Metode Percobaan
Pada pembuatan garam kompleks, 1 gram CuSO4.5H2O
dengan 5 mL aquades dalam gelas kimia 50 mL. Kemudian ditambahkan larutan
amonia pekat tetes demi tetes sampai endapan yang terbentuk larut kembali.
Larutan didiamkan pada suhu kamar. Setelah dingin, ditambahkan 20 mL alkohol
secara perlahan. Larutan ditutup rapat dan dibiarkan pada suhu ruang dan amati
pertumbuhan kristal yang terbentuk pada hari berikutnya. Kemudian larutan
disaring dan kristal dikeringkan.
Sedangkan pada pembuatan garam kompleks 5 gram CuSO4.5H2O
dilarutkan menggunakan 20 mL air mendidih. 5 gram (NH4)2SO4
dilarutkan menggunakan 20 mL air murni kemudian dicamprkan kedalam
larutan CuSO4.5H2O dan diaduk hingga homogen. Campuran
larutan garam diuapkan hingga jenuh. Larutan ditutup rapat dan dibiarkan pada
suhu ruang dan amati pertumbuhan kristal yang terbentuk pada hari berikutnya.
Kemudian larutan disaring dan kristal dikeringkan. Massa garam kompleks dan
rangkap yang terbentuk masing-masing ditimbang.
Baik garam rangkap maupun garam kompleks dilakukan uji kualitatif dengan
cara 0,5 gram garam dilarut menggunakan 5 mL aquades kemudian direaksikan
dengan 2 mL KSCN 0,5M.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Percobaan
Perlakuan
|
Hasil Pengamatan
|
|
A. Garam Kompleks
|
||
1 gram CuSO4.5H2O + 5
mL aquades + 40 tetes Amonia pekat
|
Garam larut dan
larutan berubah warna dari biru muda menjadi biru tua gelap
|
|
Larutan garam
kompleks + 20 mL alkohol
|
Larutan menjadi 2
fasa, atas bening bawah biru tua gelap
|
|
Disaring dan
dikeringkan
|
Diperoleh kristal
garam kompleks berwarna biru tua
|
|
Massa kristal
garam kompleks ditimbang
|
Massa garam
kompleks yang terbentuk = 0,9172 gram
|
|
B. Garam Rangkap
|
||
5 gram CuSO4.5H2O
+ 20 mL aquades mendidih
|
Garam larut dan
larutan berwarna biru muda.
|
|
5 gram (NH4)2SO4
+ 20 mL aquades
|
Garam larut dan
larutan tetap bening
|
|
Kedua larutan
garam dicampurkan
|
Larutan menjadi
homogen sedikit keruh
|
|
Diuapkan
|
Laruta menjadi
jenuh
|
|
Disaring dan
dikeringkan
|
Diperoleh kristal
garam berwarna biru muda
|
|
Massa kristal
garam rangkap ditimbang
|
Massa garam rangkap
yang terbentuk = 8,7198 gram
|
|
C. Uji Kualitatif
|
||
0,5 gram garam
kompleks + 5 mL aquades + 2 mL KSCN
|
Tidak mengalami
perubahan warna larutan
|
|
0,5 gram garam
rangap + 5 mL aquades + 2 mL KSCN
|
Larutan garam
berwarna hijau tua keruh dan terdapat endapan berwarna hijau tua.
|
Pembahasan
Garam kompleks yang dibuat dalam
percobaan ini adalah Cu(NH3)4SO4.6H2O
yang dihasilkan
dari mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang berwarna
biru dengan larutan NH3 pekat. Sebelum direaksikan dengan amonia, CuSO4.5H2O dilarutkan terlebih dahulu menggunakan
aquades. Garam kupri sulfat pentahidrat mampu
larut dalam air karena kandungan garam tersebut mengandung air berupa hidrat.
Fungsi dilarutkannya kupri sulfat pentahidrat adalah agar
garam yang arut menjadi ion-ion yang tidak stabil sehingga ketika larutan garan
kupri sulfat pentahidrat ditambahkan
amonia pekat mudah sekali untuk bereaksi membentuk garam kompleks tetramminocopper(II) sulfat heksahidrat
dengan rumus molekul Cu(NH3)4SO4.6H2O
berwarna biru tua gelap. Reaksi yang
terjadi adalah sebagai berikut :
Ketidakstabilan ion-ion yang terurai akibat dilarutkan,
akan bereaksi dengan amonia. Amonia yang diberikan secara berlebih merupakan
energi berlebih agar garam terbentuk secara sempurna. Ion-ion akan bereaksi
dengan amonia, ion Cu2+ akan diikat oleh atom N yang bermutan negatif parsial,
dan ion sulfat akan diikat oleh atom H dalam amonia yang bermuatan positif
parsial. Ikatan tersebut diakibatkan oleh reaktifnya ion-ion yang tidak setabil
sehingga ion-ion tersebut mengikat amonia yang memiliki mutan parsial dan
terbentuklah senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4.6H2O..
Tujuan pemanbahan alkohol sebagai
pengubah wujud dari fasa larutan menjadi padatan. Alkohol adalah pelarut yang
baik untuk senyawa ionik karena tetapan dielektrik rendah dan mengurangi energi
solvasi ion-ion. Alkohol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap. Oleh
karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan alkohol langsung dilakukan
penutupan gelas bekker menggunakan alumunium foil untuk mengurangi penguapan
selama pembentukkan kristal. Proses pembentukan garam Cu(NH3)4SO4.6H2O
sangat lambat sehingga larutan ini
didiamkan selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan kristal dapat
terjadi secara lebih sempurna.Kristal garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat
heksahidrat sebanyak 0,9172 gram dengan rendemen yang sebesar 91,72
%.
Garam rangkap dibentuk apabila dua
garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu.
Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa
koordinasi atau garam kompleks. Garam rangkap yang dibuat dalam percobaan ini
adalah CuSO4(NH4)2SO4.6H2O.
Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O
dan (NH4)2SO4.
Hasil pencampuran dua garam tersebut
akan menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut
terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna namun setelah pemanasan,
kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen
berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation
maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka
digunakannya pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air
dan tetap berupa satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut
dalam air murni daripada dalam pelarut organik. Larutan segera ditutupi dengan alumunium
foil sehingga dapat mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk
dapat membentuk kristal monoklin sempurna.
Percobaan ini didapatkan garam rangkap kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru bening seberat 8,7198 gram. Warna
biru pada kristal-kristal tersebut merupakan warna dari ion Cu2+
yang menjadi salah satu komponen pembentuk garam rangkap tersebut. dengan rendemen sebesar 87,198 %. Reaksi yang
terjadi dalam pembuatan garam ini yaitu:
Baik garam kompleks maupun garam
rangkap yang diperoleh dalam percobaan ini, dilakukan uji kualitatif dimana
garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat heksahidrat tidak akan
terjadi perubahan apabila direaksikan dengan KSCN. Akan tetapi garam rangkap kupriammonium sulfat heksahidrat bereaksi
dengan KSCN yang ditunjukkan dengan warna larutan garam kompleks kupriammonium sulfat heksahidrat
menjadi hijau tua keruh dengan sedikit
endapan hijau. Perbedaan ini disebabkan karena pada garam kompleks, apabila
direaksikan dengan zat lain ion kompleksnya tetap terikat antar atomnya.
Sedangkan pada garam rangkap akan
terurai komponen-komponen penyusunya sehingga terjadi perubahan warna ketika
direaksikan dengan zat lain. Hal ini karena garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O ketika dilarutkan dalam air terurai
menjadi ion Cu2+ , SO42-, dan NH4+
sehigga ketika ditambahkan dengan KSCN terbentuk warna baru karena penyusun
utamanya berubah. Sedangkan Cu(NH3)4SO4 dalam
air menjadi ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan
SO42- dimana warna biru tua gelap dalam larutan ini dari
ion [Cu(NH3)4]2+ yang tidak terurai atom
penyusunya ketika ditambahkan KSCN. Akan tetapi baik garam kompleks maupun
garam rangkap bereaksi dengan KSCN.
KESIMPULAN
Setelah melakukan
percobaan ini, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya :
1. Garam kompleks
Cu(NH3)4SO4.6H2O
dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan NH3
pekat. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.
2. Berat
garam kompleks yang dihasilkan dari percobaan sebesar 0,9172 gram dengan presentase rendemennya sebesar
91,72 %, sedangkan
berat garam rangkap yang dihasilkan dari percobaan sebesar 8,7198 gram dengan presentase rendemennya
sebesar 87,198 %.
3.
Garam
kompleks ligan pengikatnya adalah NH3 sedangkan garam rangkap ligan
pengikatnya adalah NH4.
4. Pada uji
kualitatif, garam kompleks bereaksi dengan KSCN tidak mengalami perubahan warna
sedangkan garam rangkap bereaksi dengan KSCN ditandai dengan perubahan warna.
DAFTAR PUSTAKA
Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima.
Jakarta: Erlangga.
Harjadi.
1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Senadi dan Arie. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik 1. Cimahi: Labroratorium Kimia Anorganik FMIPA- UNJANI.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
salt is very useful for flavors and gara able to heat in and mix it into a fizzy drink
ReplyDeletepoker online terpercaya
good. terimakasih sangat membantu tugas kuliah kimia anorganik.
ReplyDelete