BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Prinsip Percobaan
Berdasarkan
pengamatan secara makro tentang wujud, rupa, warna, bau, dan sifat hidroskopis
terhadap sampel organik dan sampel anorganik
1.2
Tujuan percobaan
Memberikan
pengalaman dan pengetahuan tentang pengenalan suatu sampel dari golongan
senyawa organik atau senyawa anorganik serta melihat karakteristik atau
pengelompokan sifat sampel yang dianalisis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.
1 Teori Dasar
Identifikasi
sampel merupakan langkah awal sebelum melakukan analisis kimia untuk mengetahui
jenis/karakter/golongan dari sampel yang akan dianalisis, baik
sampel organik maupun sampel anorganik, sekaligus pula dapat
menetapkan metode/prosedur kerja analisisnya. Identifikasi meliputi pengamatan
secara makro tentang wujud, rupa, warna, bau, dan sifat hidroskopis. Dalam
praktikum ini, jenis/golongan sampel diberitahu seperti sampel dari golongan anorganik
misalnya mineral berasal dari
batu-batuan, pasir, tanah, dan air sedangkan sampel organik misalnya dari alam seperti tumbuh-tumbuhan, hewan dan sintetis dari jenis
polimer.
2.2 Teori Tambahan
Berdasarkan
literatur Grist (1960), padi dalam sistematika tumbuhan diklasifikasikan
kedalam :
Divisio : Spermatophyta
Sub divisio : Angiospermae
Kelas : Monocotyledoneae,
Ordo :
Poales,
Famili : Graminae
Genus : Oryza Linn
Species : Oryza sativa L
Unsur
logam dalam larutannya akan membentuk ion positi (kation) sedangkan unsur non
logam akan membentuk ion negatif (anion). Untuk identifikasi dapat digunakan
pendekatan melalui pengamatan warna, bau, terbentuknya gelembung gas atau
endapan, reaksi asam-basa, redoks, kompleks.Untuk mengetahui suatu jenis
larutan maka digunakan analisis dengan cara kering (pemanasan) maupun cara
basah (pencampura) , reaksi pengendapan, dan redoks.
Telah
diketahui bersama bahwa akan dihasilkan warna jika suatu campuran yang
mengandung logam diuapkan dalam nyala api. Seperti pada percobaan pembakaran
garam Na dengan nyala Bunsen akan dihasilkan nyala kuning, pembakaran garam Ca
akan menghasilkan nyala api merah bata dan pembakaran garam Ba akan
menghasilkan nyala api hijau. Warna nyala api dari setiap unsur tersebut
memiliki panjang gelombang tertentu. Dengan perkembangan mekanika kuantum dapat
diketahui bahwa garis dan pita dari transisi elektronik adalah spesifik dari
setiap atom atau molekul. Sebagai contoh nyala api Na yang memberikan nyala api
kuning sebagai hasil dari sepasang garis pada panjang gelombang 588,995 nm dan
589,592 nm yang dipancarkan oleh atom Na.
BAB III
METODE PERCOBAAN
3.1 Alat
Alat yang
digunakan dalam perbobaan ini diantaranya :
a. Tabung
reaksi ukuran kecil
b.
Rak tabung reaksi
c.
Batang pengaduk
d.
Plat tetes
e.
Pipet tetes
f.
Gelas kimia 250, 500 ml
g.
Kawat nikrom
h.
Alat destruksi basah
i.
Pembakar Bunsen
j.
Kaca arloji
k.
Penjepit tabung
l.
Botol untuk sampel
m.
Botol semprot
3.2 Bahan
Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini diantaranya :
1. Sampel senyawa anorganik(F79)
2. Sampel senyawa organik (Padi)
3. Aquades
4. HCl 2M
5. HCl pekat
6. Metilen Klorida
7. Etil asetat
8. n-Hexan
9. H2SO4
pekat
10. HNO3 2M
` 11. HNO3 pekat
12. H2O2
13. Alkohol
14. Metanol
15. Aseton
16. Na2CO3
17. K2CO3
18. NaOH
3.3 Cara
Kerja
3.3.1
Identifikasi sampel
1. Sampel
yang disiapkan terdiri dari sampel anorganik dan organic
2. Diperiksa
ke dua sampel secara makro
a. Pengenalan
wujud : Padat, cair, gas
b. Pengenalan
rupa :
Untuk padat yaitu bongkahan
(flokul), butiran, serbuk halus
Untuk cair yaitu larutan koloid
c. Pengenalan
warna
1. Sampel anorganik : berwarna /
tidak
2. Sampel organik : berwarna /
tidak
d. Pengenalan
bau : untuk anorganik / organic yaitu berbau atau tidak
3. Pengenalan
sifat zat yang hidroskopis
a. Diambil
beberpa bagian dari masing-masing sampel, simpan dalam kaca arloji,biarkan
beberapa lama
b. Dicatat
waktu mulai menyimpannya dan mulai saat terjadi peristiwa hidroskopis
c. Dicari
perbandingan waktu dari kedua sampel tersebut dan nyatakan mana dari sampel
tersebut yang sangat hidroskopis
4. Pengenalan
sifat asam dan basa (anorganik dan organik)
a. Dilakukan
dengan kertas lakmus
Diperiksa sifat keasaman dan
kebasaan dengan kertas lakmus. Diamati kedua sampel
b. Dilakukan
dengan asam sulfat
Digunakan H2SO4 encer(1M) dan
pekat
3.3.2
Dilakukan dengan H2SO4
A. H2SO4
encer
1. Sampel (diberikan asisten) ± 1
gram dimasukan ke dalam test tube.
2. Ditambahkan 0,5 ml H2SO4
1 M, diamati yang terjadi dan uji gas yang keluar untuk gas tidak berwarna dan
berwarna.
B. H2SO4
pekat
1. Sampel (diberikan asisten) ± 1 gram dimasukan ke dalam test tube.
2.
Ditambahkan 0,5 ml H2SO4 pekat, diamati yang terjadi dan
uji gas yang keluar untuk gas tidak berwarna dan berwarna.
3.3.3
Dilakukan dengan NaOH
1. Sampel (diberikan asisten) ± 1 gram dimasukan ke dalam test tube.
2.
Ditambahkan 0,5 ml NaOH 1M, diamati apa yang terjadi dan uji gas yang
dihasilkan.
3.3.4
Pelarut sampel (anorganik dan organik)
A. Untuk sampel senyawa anorganik
1. Disiapkan 6 buah
test tube yang sudah bersih, lalu beri
label.
2. Di masing-masing test tube dimasukan sampel
kira-kira 1 gram.
3. Ditambahkan di masing-masing test tube 5 tetes
berturut pelarut air murni, HCl 2M, HCl pekat, HNO3 2M, HNO3
pekat,aquaregia dan kemudian dikocok .
4. Dilanjutkan dengan penambahan pelarut sampai
volume 5 ml dan dikocok.
5. Dibiarkan 30 menit, diperhatikan mana yang
terlarut sempurna (pelarut yang melarutkan sampel dengan sempurna dipakai
sebagai pelrut yang cocok untuk percobaan selanjutnya).
B.
Untuk sampel senyawa organik
1. Disiapkan 6 buah
test tube yang sudah bersih, lalu beri
label.
2. Di masing-masing test tube dimasukan sampel
kira-kira 1 gram.
3. Ditambahkan di masing-masing
test tube 5 tetes berturut pelarut etil, alkohol, aceton, benzene, eter,
kloroform, karbon tetraklorida dan kemudian dikocok.
4. Dilanjutkan dengan penambahan
pelarut sampai volume 5 mldan dikocok.
5.
Dibiarkan 30 menit, diperhatikan mana yang terlarut sempurna (pelarut yang
melarutkan sampel dengan sempurna dipakai sebagai pelrut yang cocok untuk
percobaan selanjutnya).
3.3.5
Reaksi nyala :
1. Dari
plarut yang sudah dihasilkan pada percobaan yang sudah dilakukan, kemudian
lakukan analisa berdasarkan reaksi nyala.
2. Disiapkan
kawat Ni-Cr yang telah dicelupkan ke dalam HCl pekat dan kaca kobalt atau kaca
biru tua.
3. Dicelupkan
kawat Ni-Cr ke dalam sampel ,dan bakar dilakukan dengan pembakar Bunsen .
Diamati warna yang terjadi , dengan bantuan kaca kobalt/kaca biru tua
4. Dilakukan
secara bergantian pada setiap sampel yang diberikan asisten .
5. Dicatat
hasil pengamatan pada jurnal, sesuai dengan
kode sampel.
BAB IV
HASIL PERCOBAAN
Perlakuan
|
Hasil pengamatan
|
Dokumentasi
|
||||||||
1.
Identifikasi
sampel
|
|
|
||||||||
Sampel organik
diidentifikasi
|
||||||||||
Sampel anorganik diidentifikasi
|
|
|
||||||||
Sampel organik dan anorganik
disimpan pada kaca arloji, lalu didiamkan dan dibandingkan hasilnya
|
Kedua sampel
tidak bersifat hidroskopis
|
|
||||||||
H2SO4
dimasukan kedalam test tube yang berisi sampel organik dan anorganik
|
Sampel organik
dan anorganik tidak mengelurkan bau yang menyengat
|
|
||||||||
Uji CO2
dengan cara sampel organik dan
anorganik ditambahkan setetes Ba(OH)2
|
Sampel organik
tidak keruh, sedangkan sampel anorganik keruh
|
|
||||||||
Uji HOAc
dengan cara sampel organik dan anorganik diberi kertas lakmus biru
|
Kertas lakmus
menjadi merah pada sampel organik maupun anorganik
|
|
||||||||
Sampel organik
maupun sampel anorganik ditambahkan 0,5 mL NaOH 1M
|
Kedua sampel
tidak mengelurkan bau yang terhirup
|
|||||||||
2. Pelarutan Sampel
|
|
|
||||||||
Masing-masing
1 gram sampel anorganik dimasukkan 6 buah test tube
|
Sampel dalam 6
buah test tube yag berbeda
|
|
||||||||
Sampel
anorganik ditambah 5 tetes HCl 2M, HCl pekat, air murni, HNO3 2M,
HNO3 pekat, dan aquaregia pada tiap tabung yang berbeda
|
Sampel mulai
larut
|
|||||||||
Dikocok dan
ditambahkan masing-masing 5 mL pelarut yang sama
|
Sampel larut
lebih banyak
|
|||||||||
Dibiarkan 30
menit
|
Warna larutan
sampel makin pekat
|
|||||||||
Pelarut yang
paling cocok ditetukan
|
Pelarut sampel
anorganik yang paling cocok adalah HCl pekat
|
|||||||||
Masing-masing
1 gram sampel organik dimasukkan 6 buah test tube
|
Sampel dalam 6
buah test tube yag berbeda
|
|
||||||||
Sampel organik
ditambah 5 tetes Alkohol, eter, kloroform, aseton, benzen dan karbon
tetraklorida pada tiap tabung yang berbeda
|
Sampel mulai
larut
|
|||||||||
Dikocok dan
ditambahkan masing-masing 5 mL pelarut yang sama
|
Sampel larut
lebih banyak
|
|||||||||
Dibiarkan 30
menit
|
Warna larutan
sampel makin pekat
|
|||||||||
Pelarut yang
paling cocok ditetukan
|
Pelarut sampel
organik yang paling cocok adalah karbon tetraklorida.
|
|||||||||
3. Reaksi nyala
|
|
|
||||||||
Kawat nikrom
bersih dicelupkan dalam larutan sampel organik lalu dibakar
|
Timbul warna
nyala api
|
|
||||||||
Diamati warna
nyala tiap sampel dengan pelarut yang berbeda menggunakan kaca kobalt
|
Terlihat warna
nyala putih pada sampel dengan pelarut benzen, kloroform dan karbon
tetraklorida
|
BAB V
PEMBAHASAN
Pada praktikum ini,
dilakukan diidentifikasi sampel organik maupun sanpel anorganik. warna coklat
muda pada tanaman padi yang sudah kering menunjukkan presentase kandungan karbon yang cukup banyak. Dimana
karbon memiliki warna hitam atau gelap. Mencoklatnya warna padi bukan
disebabkan bertambahnya kandungan karbon, melainkan berkurangnya kandungan
unsur lain sehingga presentase karbon lebih banyak dan warna padi semakin
menghitam. Sedangkan warna hitam pada sampel anorganik F79 kemungkinan
mengandung senyawa PbS, CuS, CuO, HgS, FeS, MnO2, Co3O4,
CoS, NiS, Ni3O3, Ag2S atau bahkan unsur karbon.
Kemudian bau dari sampel organik tercium sedangkan pada sampel anorganik tidak.
Hali ini karena pada senyawa senyawa organik mudah menguap termasuk senyawa
dalam padi yang mana dalam hal ini digunakan sebagai sampel organiknya.
Uji
sifat hidroskopis dari kedua sampel juga dilakukan, Hasilnya adalah kedua
sampel tidak bersifat hidroskopis. Hal ini dibuktikan pada saat tanaman padi
didiamkan pada udara terbuka tidak menyerap air dan lembah, begitu juga pada
sampel anorganik. Maka dari iti, sampel organik dan sampel anorganik yang
digunakan tidak bersifat hidroskopis sehingga sulit untuk menyimpulkan sampel mana
yang lebih bersifat hidroskopis.
Ketika
sampel organik direaksikan dengan asam sulfat encer maupun pekat, larutan tidak
mengeluarkan bau yang khas, sehingga dilakukan uji CO2. Pada uji CO2,
sampel organik tidak menunjukkan hasil yang positif yang ditandai dengan tidak
terjadinya kekeruhan. Akan tetapi saat diuji menggunakan Asam asetat
menunjukkan hasil yang positif yang ditandai dengan memerahnya kertas lakmus biru. Maka dari itu,
sampel organik mengandung asetat. Kemudian sampel anorganik F79 saat diberikan
setetes Ba(OH)2 terjadi kekeruhan, hal ini menunjukkan bahwa sampel
tersebut mengandung gas CO2. Hasil positif juga ditunjukkan pada uji
HOAc. Dengan demikian sampel anorganik F79 mengandung gas CO2 dan
asetat.
Kedua
sampel ketika diuji dengan Natrium hidroksida tidak menghasilkan gas. Hal ini
menunjukkan bahwa kedua sampel tidak bersifat basa melainkan bersifat asam.
Tidak adanya gas yang keluar ditandai dengan tidak terhirupnya bau yang berbeda
dengan bau udara.
Sampel
organik dan sampel anorganik dilarukan
pada pelarut yang berbeda. Hal ini karena terjadi perbedaan kepolaran
pada senyawa-senyawa dalam sampel organik dan anorganik. Senyawa anorganik
biasanya larut dalam pelarut anorganik yang bersifat polar. Pelarut polar
digunakan pada sampel anorganik karena senyawa-senyawa anorganik memiliki
iikatn yang kuat antar molekulnya, maka digunakanlah pelarut yang memiliki
perbedaaan elektronegativitas yang tinggi seperti HCl. Hal ini cocok dengan
senyawa anorganik yang tiap molekulnya memiliki perbedaan elektronegativitas
yang tinggi sehingga lebih mudah melarutkan senyawa dalam sampel anorganik.
Sedangkan sampel organik dilarutkan dengan pelarut-pelarut non-polar. Pelarut
non-polar digunkan karena senyawa-senyawa organik yang terdapat dalam sampel
organik bersifat non-polar juga. Ketidakpolaran senyawa organik disebabkan oleh
momen dipol listrik yang tidak dimiliki sampel organik. Perbedaan penggunaan
pelarut pada sampel organik dan anorganik didasarkan pada kepolarannya. Dimana
senyawa polar akan larut dalam senyawa polar dan senyawa non-polar akan larut
pada pelarut non-polar pula atau istilah ini sering disebut dengan “like
disolve like”. Perbedaan kepolaran ini disebabkan oleh perbedaa
elektronegativitas tiap unsur pembentuk dalam satu molekul. Apabila suatu
molekul memiliki perbedaan elektronegativitas yang besar tiap unsur penyusunya,
maka termasuk senyawa polar, sedangkan apabila unsur penyusunya memiliki
perbedaan eletronegativitas yang kecil, maka senyawa tersebut disebut dengan
senyawa non-polar.
Dari
tinjuan pustaka, reaksi nyala ditentukan oleh kandungan logam dari suatu
senyawa. Dalam hal ini, hanya sampel organik dengan pelarut benzen, kloroform
dan karbon tetraklorida saja yang hanya dapat memberikan nyala khas berwarna
putih. Dengan demikian, pelarut benzem, kloroforn dan karbon tetraklorida yang
dapat melarutkan logam pada sampel organik.
BAB VI
KESIMPULAN
Setelah
melakukan percobaan ini, maka dapat ditarik kesimpulan, diantaranya :
1.
Sifat fisik
dipengaruhi oleh senyawa penyusun sampel.
2.
Kedua sampel,
baik sampel organik maupun sampel anorganik tidak bersifat hidroskopis.
3.
Sampel organik
(Padi) maupun sampel anorganik (F79) bersifat asam.
4.
Pelarut yang
paling cocok digunakan untuk melarutkan sampel anorganik (F79) adalah HCl
pekat.
5. Pelarut yang
paling cocok digunakan untuk melarutkan sampel organik (Padi) adalah karbon
tetraklorida (CCl4).
6. Warna nyala yang
khas menunjukkan adanya kandungan unsur logam, dan pelarut benzen, kloroform
dan karbon tetraklotida dapat melarutkan logam dalam padi.
BAB
VII
PERTANYAAN
DAN JAWABAN
1. Kenapa
identifikasi sampel sangat penting dilakukan sebelum mengerjakan analisa suatu
sampel
Jawaban
:
Karena
untuk menetapkan jenis/karakter dari lengan sampel yang akan dianalisa sealigus
pula dapat menentukan metoda/prosedur kerja dari analisa yang akan di uji.
2. Jelaskan
kenapa unsur /atom dan senyawa memiliki warna yang khas
Jawaban :
Unsur akan menyerap energi, maka unsur tersebut akan
mengalami radiasi ionisasi yang dipancarkan akan beraneka ragam sesuai dengan
jenis unsure tersebut akan memancarkan warna yang khas.
3. Kenapa
dalam pecobaan reaksi nyala dicelupkan terlebih dahulu dengan HCl, apakah warna
Cl yang terlihat pada waktu memanaskan sampel
Jawaban :
Supaya setiap kotoran dan zat sisa dari pembakaran
dapat larut dalam HCl sehingga kawat Ni-Cr yang digunakan terbebas dari
pengotor dan dari zat sisa pembakaran.Warna Cl pada saat pembakaran tidak akan
terlihat karena sebelum dicelupkan ke sampel kawat Ni-Cr yang sebelumnya
dicelupkan ke HCl dipanaskan terlebih dahulu agar pada saa pembakaran sampel
tidak ada yang terdapat di kawat nikrom.
4. Cari
jenis asam kuat yang dapat digunakan sebagai pelarut senyawa organic
Jawaban :
Asam kuat yang dapat digunakan sebagai pelarut
senyawa organik adalah asam asetat (CH3C00H)
5. Cari
jenis pelarut organik sebanyak mungkin, lengkap dengan karakternya
Jawaban :
1.Aseton
Bersifat
polar,dapat direduksi dengan memiliki berat jenis 0,757 gr/mol ; titik didih 560C
;titik beku 980C ; tidak berwarna.
2.Kloroform
Memiliki
BM sebesar 89,32 gram/mol ; mudah menguap tidak berwarna ; sangat larut dalam
senyawa organic dengan rumus molekul CHCl3.
3.Eter
Kurang
polar ; tidak terlalu larut dalam air ; termudah terbakar
4.Karbon
tetraklorida
Larut
dalam alcohol, eter, kloroform, benzene ; titik lebur -22,450C ;
titik didih 76,720C.
5.Benzene
Memiliki
kalor hidrogen sebesar 49,3 kal/mol ; massa molar 78,1121 gr/mol.