MenuBar

Pages

Sunday, 3 January 2016

Laporan Praktikum Kimia Anorganik : Garam Kompleks dan Garam Rangkap


ABSTRAK
Telah dilakukan percobaan pembuatan garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat hidrat dan garam rangkap kupri ammonium sulfat hidrat  yang bertujuan untuk mempelajari reaksi pembuatan garam rangkap kupri ammonium sulfat hidrat [CuSO4.(NH4)2SO4.6H2O] dan garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat heksahidrat [Cu(NH3)4SO4.6H2O]. Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, Garam kompleks tetramminocopper(II) sulfat heksahidrat, Cu(NH3)4SO4.6H2O dihasilkan dengan mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan NH3 pekat. Dari campuran kedua bahan ini dihasilkan larutan biru tua. Berdasarkan hasil pengamatan kristal garam kompleks yang diperoleh yaitu 0,9172 g dan rendemennya 91,72 %. Garam rangkap kupriammonium sulfat heksahidrat, CuSO4(NH4)2SO4.6H2O terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4. Garam kupri sulfat pentahidrat CuSO4.5H2O berwarna biru muda sedangkan garam ammonium sulfat (NH4)2SO4 berwarna putih dan campuran ini menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Kristal garam rangkap yang diperoleh sebesar 8,7198 g dan rendemen yang diperoleh yaitu 87,198%.

PENDAHULUAN


Suatu garam yang terbentuk lewat kristalisasi dari larutan campuran sejumlah ekivalen dua atau lebih garam tertentu disebut garam rangkap. Sedangkan garam-garam yang mengandung ion-ion kompleks dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks, misalnya heksamminkobalt(III) kloroda Co(NH3)6Cl3 dan kalium heksasianoferat(III) K3Fe(CN)6. Bila suatu kompleks dilarutkan, akan terjadi pengionan atau disosiasi, sehingga akhirnya terbentuk kesetimbangan antara kompleks yang tersisa (tidak berdisosiasi) (Harjadi, 1993).
Suatu zat cair jika didinginkan, terjadi gerakan translasi molekul-molekul menjadi lebih kecil dan gaya tarik molekul-molekul makin besar hingga setelah mengkristal molekul mempunyai kedudukan tertentu dalam kristal. Panas yang terbentuk pada kristalisasi disebut panas pengkristalan. Selama pengkristalan terjadi kesetimbangan dan akan turun lagi saat pengkristalan selesai (Sukardjo, 1997).
Salah satu contoh garam rangkap yaitu FeSO4(NH4)SO4.6H2­­O dan K2SO4Al2(SO4)3.24H2O. Dalam larutan, garam ini merupakan campuran rupa-rupa ion sederhana yang akan mengion jika dilarutkan lagi. Jadi, jelas berbeda dengan garam kompleks yang menghasilkan ion-ion kompleks dalam larutan. Semua garam-garam tersebut terbentuk melalui pencampuran (larutan pekat panas dari komponen sulfat), lalu didinginkan. Kristal-kristal alumi, yang mengendap akibat kelarutannya rendah dalam air dingin, dapat dimurnikan lewat kristalisasi karena kelarutannya meningkat secara mencolok dengan meningkatnya suhu. Kristal-kristalnya biasanya berbentuk oktahedral (Day, 1999).
Proses pembentukan dari garam rangkap terjadi apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam itu memiliki struktur tersendiri dan tidak harus sama dengan struktur garam komponennya. Kompleks ialah suatu satuan baru yang terbentuk dari satuan-satuan yang dapat berdiri sendiri, tetapi membentuk ikatan baru dalam kompleks itu. Dalam hal ini, kompleks yang terbentuk masing-masing berisi sebuah komponen, tetapi ada pula yang terjadi dari lebih banyak komponen seperti kompleks [Pt(NH3)2Cl4] dan [Pt(NH3)Cl3]. Contoh dari garam rangkap adalah garam alumia, KAI(SO4)2.12H2O dan feroammonium sulfat, Fe(NH3)2(SO4).6H2O (Harjadi, 1993).
Garam rangkap dalam larutan akan terionisasi menjadi ion-ion komponennya. Garam kompleks berbeda dengan garam rangkap. Salah satu tipe reaksi kimia yang dapat merupakan dasar penetapan titrimetri, mencakup pembentukan kompleks atau ion kompleks yang larut namun sedikit sekali terdisosiasi. Satu contoh adalah reaksi ion perak dengan ion sianida untuk membentuk ion kompleks Ag(CN)2 yang sangat stabil (Day, 1999).

ALAT , BAHAN DAN METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi gelas kimia 50 dan100 mL, kaca arloji, batang pengaduk,  spatula, corong gelas, oven, cawan porselen, penyangga corong, kertas saring, penjepit cawan porselin, pipet tetes, gelas ukur 50 mL, kaki tiga + kasa asbes, pembakar spirtus  dan botol semprot.
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini berupa padatan dan cairan. Bahan padatan merupakan garam yaitu  CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4 , sedangkan zat cair merupakan pereaksi yang terdiri dari KSCN 0,5M , Amonia pekat dan Alkohol.
Metode Percobaan
Pada pembuatan garam kompleks, 1 gram CuSO4.5H2O dengan 5 mL aquades dalam gelas kimia 50 mL. Kemudian ditambahkan larutan amonia pekat tetes demi tetes sampai endapan yang terbentuk larut kembali. Larutan didiamkan pada suhu kamar. Setelah dingin, ditambahkan 20 mL alkohol secara perlahan. Larutan ditutup rapat dan dibiarkan pada suhu ruang dan amati pertumbuhan kristal yang terbentuk pada hari berikutnya. Kemudian larutan disaring dan kristal dikeringkan.
Sedangkan pada pembuatan garam kompleks 5 gram CuSO4.5H2O dilarutkan menggunakan 20 mL air mendidih. 5 gram (NH4)2SO4 dilarutkan menggunakan 20 mL air murni kemudian dicamprkan kedalam larutan CuSO4.5H2O dan diaduk hingga homogen. Campuran larutan garam diuapkan hingga jenuh. Larutan ditutup rapat dan dibiarkan pada suhu ruang dan amati pertumbuhan kristal yang terbentuk pada hari berikutnya. Kemudian larutan disaring dan kristal dikeringkan. Massa garam kompleks dan rangkap yang terbentuk masing-masing ditimbang.
Baik garam rangkap maupun garam kompleks dilakukan uji kualitatif dengan cara 0,5 gram garam dilarut menggunakan 5 mL aquades kemudian direaksikan dengan 2 mL KSCN 0,5M.

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Percobaan
Perlakuan
Hasil Pengamatan
A.      Garam Kompleks

1 gram CuSO4.5H2O + 5 mL aquades + 40 tetes Amonia pekat
Garam larut dan larutan berubah warna dari biru muda menjadi biru tua gelap

Larutan garam kompleks + 20 mL alkohol
Larutan menjadi 2 fasa, atas bening bawah biru tua gelap

Disaring dan dikeringkan
Diperoleh kristal garam kompleks berwarna biru tua

Massa kristal garam kompleks ditimbang
Massa garam kompleks yang terbentuk = 0,9172 gram
B.      Garam Rangkap

5 gram CuSO4.5H2O + 20 mL aquades mendidih
Garam larut dan larutan berwarna biru muda.

5 gram (NH4)2SO4 + 20 mL aquades
Garam larut dan larutan tetap bening

Kedua larutan garam dicampurkan
Larutan menjadi homogen sedikit keruh

Diuapkan
Laruta menjadi jenuh

Disaring dan dikeringkan
Diperoleh kristal garam berwarna biru muda

Massa kristal garam rangkap ditimbang
Massa garam rangkap yang terbentuk = 8,7198 gram
C.      Uji Kualitatif

0,5 gram garam kompleks + 5 mL aquades + 2 mL KSCN
Tidak mengalami perubahan warna larutan

0,5 gram garam rangap + 5 mL aquades + 2 mL KSCN
Larutan garam berwarna hijau tua keruh dan terdapat endapan berwarna hijau tua.

Pembahasan
Garam kompleks yang dibuat dalam percobaan ini adalah Cu(NH3)4SO4.6H2O yang dihasilkan dari mereaksikan antara garam CuSO4.5H2O yang berwarna biru dengan larutan NH3 pekat. Sebelum direaksikan dengan amonia, CuSO4.5H2O dilarutkan terlebih dahulu menggunakan aquades. Garam kupri sulfat pentahidrat mampu larut dalam air karena kandungan garam tersebut mengandung air berupa hidrat.
CuSO4.5H2O + H2O Cu2+ + SO42- + 6H+ + 6OH-
  Fungsi dilarutkannya kupri sulfat pentahidrat adalah agar garam yang arut menjadi ion-ion yang tidak stabil sehingga ketika larutan garan kupri sulfat pentahidrat ditambahkan amonia pekat mudah sekali untuk bereaksi membentuk garam kompleks tetramminocopper(II) sulfat heksahidrat dengan rumus molekul Cu(NH3)4SO4.6H2O berwarna biru tua gelap.  Reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :
Cu2+ + SO42- + 6H+ + 6OH-+ 4NH3 Cu(NH3)4SO4.6H2O
Ketidakstabilan ion-ion yang terurai akibat dilarutkan, akan bereaksi dengan amonia. Amonia yang diberikan secara berlebih merupakan energi berlebih agar garam terbentuk secara sempurna. Ion-ion akan bereaksi dengan amonia, ion Cu2+ akan diikat oleh atom N yang bermutan negatif parsial, dan ion sulfat akan diikat oleh atom H dalam amonia yang bermuatan positif parsial. Ikatan tersebut diakibatkan oleh reaktifnya ion-ion yang tidak setabil sehingga ion-ion tersebut mengikat amonia yang memiliki mutan parsial dan terbentuklah senyawa kompleks Cu(NH3)4SO4.6H2O..
Tujuan pemanbahan alkohol sebagai pengubah wujud dari fasa larutan menjadi padatan. Alkohol adalah pelarut yang baik untuk senyawa ionik karena tetapan dielektrik rendah dan mengurangi energi solvasi ion-ion. Alkohol tergolong sebagai pelarut yang mudah menguap. Oleh karena itu, pada percobaan ini setelah penambahan alkohol langsung dilakukan penutupan gelas bekker menggunakan alumunium foil untuk mengurangi penguapan selama pembentukkan kristal. Proses pembentukan garam Cu(NH3)4SO4.6H2O  sangat lambat sehingga larutan ini didiamkan selama satu malam dengan tujuan agar pembentukkan kristal dapat terjadi secara lebih sempurna.Kristal garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat heksahidrat sebanyak 0,9172 gram dengan rendemen yang sebesar 91,72 %.
Garam rangkap dibentuk apabila dua garam mengkristal bersama-sama dengan perbandingan molekul tertentu. Garam-garam ini mengandung ion-ion kompleks dan dikenal sebagai senyawa koordinasi atau garam kompleks. Garam rangkap yang dibuat dalam percobaan ini adalah CuSO4(NH4)2SO4.6H2O. Garam ini terbentuk sebagai hasil reaksi antara CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.
Hasil pencampuran dua garam tersebut akan menghasilkan larutan yang berwarna biru keruh. Warna biru keruh tersebut terjadi sebagai akibat campuran yang kurang sempurna namun setelah pemanasan, kekeruhan tersebut berangsur-angsur hilang dan membentuk larutan homogen berwarna biru. Air mempunyai momen dipol yang besar dan ditarik baik ke kation maupun anion untuk membentuk ion terhidrasi. Dari sifatnya tersebut maka digunakannya pelarut air karena kedua garam yang bereaksi dapat larut dalam air dan tetap berupa satu spesies ion. Kebanyakan garam anorganik lebih dapat larut dalam air murni daripada dalam pelarut organik. Larutan segera ditutupi dengan alumunium foil sehingga dapat mencegah menguapnya beberapa ion yang diinginkan untuk dapat membentuk kristal monoklin sempurna.
Percobaan ini didapatkan garam rangkap kupriammonium sulfat berupa kristal monoklin berwarna biru bening seberat 8,7198 gram. Warna biru pada kristal-kristal tersebut merupakan warna dari ion Cu2+ yang menjadi salah satu komponen pembentuk garam rangkap tersebut. dengan  rendemen sebesar 87,198 %. Reaksi yang terjadi dalam pembuatan garam ini yaitu:
CuSO4.5H2O + (NH4)2SO4 CuSO4(NH4)2SO4.6H2O
Baik garam kompleks maupun garam rangkap yang diperoleh dalam percobaan ini, dilakukan uji kualitatif dimana garam kompleks tetrammintembaga(II) sulfat heksahidrat tidak akan terjadi perubahan apabila direaksikan dengan KSCN. Akan tetapi garam rangkap kupriammonium sulfat heksahidrat bereaksi dengan KSCN yang ditunjukkan dengan warna larutan garam kompleks kupriammonium sulfat heksahidrat menjadi  hijau tua keruh dengan sedikit endapan hijau. Perbedaan ini disebabkan karena pada garam kompleks, apabila direaksikan dengan zat lain ion kompleksnya tetap terikat antar atomnya. Sedangkan pada  garam rangkap akan terurai komponen-komponen penyusunya sehingga terjadi perubahan warna ketika direaksikan dengan zat lain. Hal ini karena garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O ketika dilarutkan dalam air terurai menjadi ion Cu2+ , SO42-, dan NH4+ sehigga ketika ditambahkan dengan KSCN terbentuk warna baru karena penyusun utamanya berubah. Sedangkan Cu(NH3)4SO4 dalam air menjadi ion kompleks [Cu(NH3)4]2+ dan SO42- dimana warna biru tua gelap dalam larutan ini dari ion [Cu(NH3)4]2+ yang tidak terurai atom penyusunya ketika ditambahkan KSCN. Akan tetapi baik garam kompleks maupun garam rangkap bereaksi dengan KSCN.

KESIMPULAN

Setelah melakukan percobaan ini, maka dapat diperoleh beberapa kesimpulan, diantaranya :
1.   Garam kompleks Cu(NH3)4SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan larutan NH3 pekat. Garam rangkap CuSO4(NH4)2SO4.6H2O dapat dibuat dari garam CuSO4.5H2O dan (NH4)2SO4.
2.      Berat garam kompleks yang dihasilkan dari percobaan sebesar 0,9172 gram dengan presentase rendemennya sebesar 91,72 %, sedangkan berat garam rangkap yang dihasilkan dari percobaan sebesar 8,7198 gram dengan presentase rendemennya sebesar 87,198 %.
3.       Garam kompleks ligan pengikatnya adalah NH3 sedangkan garam rangkap ligan pengikatnya adalah NH4.
4.     Pada uji kualitatif, garam kompleks bereaksi dengan KSCN tidak mengalami perubahan warna sedangkan garam rangkap bereaksi dengan KSCN ditandai dengan perubahan warna.

DAFTAR PUSTAKA

Day & Underwood. 1999. Analisis Kimia Kuantitatif. Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Harjadi. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta: PT. Gramedia.
Senadi dan Arie. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik 1. Cimahi: Labroratorium Kimia Anorganik FMIPA-                                         UNJANI.
Sukardjo. 1997. Kimia Fisik. JakartaPT. Rineka Cipta.

2 comments:

  1. salt is very useful for flavors and gara able to heat in and mix it into a fizzy drink
    poker online terpercaya

    ReplyDelete
  2. good. terimakasih sangat membantu tugas kuliah kimia anorganik.

    ReplyDelete