BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Prinsip Percobaan
Berdasarkan penentuan senyawa organik dan senyawa anorganik
secara gravimetri dari sampel tumbuh-tumbuhan.
1.2 Tujuan Percocbann
Untuk menentukan kadar air dalam senyawa organik dan senyawa
anorganik dari sampel tumbuhan
.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Teori Dasar
Penentuan kadar air, senyawa organik
dan senyawa anorganik didasari perbedaan suhu (temperatur), dimana kadar bebas
air dilakukan dengan pemansan pada suhu sekitar 100°C, kadar air terikat sekitar 150°C, senyawa anorganik merupakan massa/bobot abu sisa
pemijaran pada suhu di atas 500oC. Adanya Senyawa organik dapat dideteksi dengan adanya
bau yang menyengat atau terjadinya
pengarangan. Kadar zat organik kemungkinan dapat dihitung yang merupakan
selisih berat setelah pemanasan pada suhu 100˚C dikurangi berat abu.
Dalam
praktikum ini dilakukan metoda gravimetri secara tidak
langsung, yakni melalui proses tahapan, pengendapan, penyaringan dan
penimbangan. Proses pengendapan yang dilakukan dengan menggunakan reagen tertentu
sehinga terjadi reaksi.
2. 2 Teori Tambahan
Analisa gravimetri merupakan bagian utama dari kimia analitik. Langkah
pengukuran pada cara gravimetri adalah dengan pengukuran berat. Analit secara
fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya dari contoh maupun dari
solventnya. Pengendapan merupakan teknik yang secara luas digunakan untuk
memisahkan analit dari gangguan-gangguan (A.L Underwood:1981).
Bagian terbesar dari penentuan secara analisa gravimetri meliputi
transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera
diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.Berat unsur dihitung
berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya.pemisahan
unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara seperti:
metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis, atau
berbagai macam metode lainnya (S.M. Khopkar:1990).
Abu adalah
zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar
abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam
bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat,
pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat, sulfat, dan
nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut
pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari
jenis bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa
oksida dan garam yang tersisa dari pengeringsn suatu bahan pada temperatur yang
tinggi (Owen, 1996).
Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan maksimum.berbagai cara dilakukan untuk mempercepat
pindah panas dan pindah massa selama proses pengeringan.faktor yang
mempengaruhi antara lain : luas permukaan,suhu,kecepatan pergerakan
udara,kelembaban udara,tekanan atmosfer, penguapan air dan lama pengeringan
(Teti, 2009)
BAB
III
METODE
PERCOBAAN
3. 1 Alat Dan Bahan
3.1.1 Alat yang dipergunakan
a.
Cruss porselin
b.
Tungku pemanas (furnace)
c.
Neraca analitik
d.
Desikator
e.
Mortal dan alu
f.
Penjepit cruss porselin
3.1.2 Bahan yang dipergunakan
1.
Tumbuh-tumbuhan
monokotil/dikotil (dianginkan dan dibawa oleh praktikan).
|
3.2 MSDS
Klasifikasi
tanaman kentang :
Kingdom : Plantae
Divisi
:
Spermatophyta
Sub Divisi
: Angiospermae
Kelas
:
Dicotiledonae
Ordo
: Solanales
Famili
: Solanaceae
Genus
: Solanum
Species
: Solanum
tuberosum L.
3. 3 Cara Kerja
1. Dipanaskan sebuah cruss
porselin sampai pijar selama 15 menit. Dibiarkan mendingin, kemudian dimasukkan
ke dalam desikator selama 10 menit. Ditimbang.
2. Diulangi proses 1, sampai di
dapat berat cruss porselin yang konstan.
3. Sampel
dari tumbuh-tumbuhan yang telah dikeringkan (diangin-angin, disiapkan oleh
praktikan), pisahkan akar, batang dan daun. Dtimbang masing-masing ± 5 gram,
setelah dipotong/ditumbuk halus.
4. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan
ke dalam cruss porselin.
5. Kemudian cruss porselin yang
berisi sampel dipanaskan pada suhu sekitar 100°C, kemudian didinginkan di udara selama 5 – 10 menit, dimasukkan ke dalam
desikator, didiamkan selama 10 menit, kemudian ditimbang.
6.
Ulangi proses
poin 5. sampai didapat berat yang konstan (perbedan ±0,2 mg).
7. Dianjutkan panaskan cruss porselin dan
sampel kering sampai didapat residu
yang tidak berwarna hitam dari karbon. Selanjutnya, untuk
penentuan senyawa anorganik, dipijarkan pada suhu >500°C sampai terbentuk endapan warna putih atau abu-abu, timbang sampai berat konstan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Percobaan
Penimbangan cruss porselin
Penimbangan
|
Berat Awal
|
Berat Akhir
|
Selisih Berat
|
Berat Konstan
|
1
|
36,3426 g
|
36,3422 g
|
0,0004 g
|
36,4320 g
|
2
|
36,3422 g
|
36,3420 g
|
0,0002 g
|
Penentuan kadar air
Penimbangan
|
Berat Awal
|
Berat Akhir
|
Selisih Berat
|
Berat Air
|
1
|
37,7886 g
|
37,7056 g
|
0,083 g
|
37,7886 g – 37,6657 g = 0,1229 g
|
2
|
37,7056 g
|
37,6658 g
|
0,0398 g
|
|
3
|
37,6658 g
|
37,6657 g
|
0,0001 g
|
Penentuan kadar senyawa organik dan
senyawa anorganik
Pemanasan
|
Berat Awal
|
Berat Akhir
|
Selisih Berat
|
± 250oC
|
37,6657 g
|
37,0268 g
|
0,62 g
|
>500oC
|
37,0268 g
|
36,6378 g
|
0,389 g
|
4.2 Pembahasan
Pada percobaan penentuan kadar air
dalam senyawa organik dan senyawa anorganik, sampel yang digunakan adalah
tumbuh-tumbuhan (tanaman kentang). Karena dalam tunbuh-tumbuhan terdapat
kandungan air, senyawa organik dan senyawa anorganik. Selain taumbuh-tumbuhan
sampel lain yang bisa digunakn sebenarnya adalah dari heawani, akan tetapi
apabila digunakan sampel binatang, maka akan lebih sulit mendapatkannya dan
lebih sulit analisanya serta akan membunuh binatang-binatang yang digunakan,
maka dari itu digunakanlah tanaman. Adanya kandungan air senyawa organik dan
anorganik dapat ditentukan secara gravimetri.
Pada
dasarnya, gravimetri akan memberikan hasil dari berat sampel, yaitu melalui
selisaih sampel yang berkurang akibat adanya pemanasan. Karena pada dasarnya,
senyawa-senyawa memiliki titik didih yang kemudian akan menguap berpindah fasa
menjadi uap. Dari titik didih tersebut tentu karena senyawa tertentu akan
menghilang dalam sampel, maka berat sampel akan berkurang, sehingga selisih
berat sampel tersebut adalah berat senyawa yang ditentukan akibat terjadinya
penguapan. Dalam gravimetri, untuk mengetahui
berat awal sampel yang digunakan, maka haruslah digunakan wadah yang
sudah bersih dari apapun termasuk air. Karena dihatirkan saat pemanasan air
yang bukan dari sampel ikut menghilang sehingga akan terhitung dalam kadar air
nantinya. Maka dari itu, wadar haruslah dilakukan penimbangan hingga diperoleh
massa yang konstan.
Antara air,
senyawa organik seperti karbon , dan senyawa anorganik memiliki titik didih
yang berbeda. Air memiliki titik didih 100oC sedangkan senyawa
organik dalam tanaman memiliki titik didih yang lebih tinggi dari air dan
senyawa anorganik memiliki titik didih lebih tinggi dari senyawa organik, maka
dari itu , air ditentukan kadarnya barulah penentuan kadar senyawa organik lalu
barulah penentukan senyawa anorgaik.
Dalam hal ini, dilakukan penaikkan suhu secara pertahap. Apabila suhu
dilakukan langsung suhu tunggi , maka penentuan kadar apapun baik air maupun
organik dan anorganik tidak akan memperoleh data yang benar, karena jika
dilakukan langsung dengan pemanasan dengan suhu tinggi, maka semua senyawa akan
menguap dan kita tidak dapat tahu senyawa tersebut itu apa sehingga penentuan
kadar akan kurang tepat dan benar.
Air memiliki
tititk didih 100oC , dimana pada suhu tersebut air akan mengalami
peubahan wujud dari cair dalam sampel padat tanaman yang membuat lembab akan
menjadi uap sehingga sampel menjadi kering. Terjadinya penguapan air dalam
sampel ini akan memerikan pengurangan berat pada sampel tanaman kentang
tersebut, sehingga berat air dapat diketahui denganmengurangi berat awal
dikurangi berat setelah pemanasan. Dari hasil percobaan, berat air dalam sampel
adalah 0,1229
gram dengan persen randemen sebesar 8,496 %.
Kemudian
untuk penentuan kadar senyawa organik, pemanasan dilakukan pada suhu yang lebih
tinggi yaitu 200oC. Seperti halnya penentuan kadar air, penentuan
kadar organik juga sama langkahnya dan kadarnya pula dapat diketahui dengan
menghitung berat yang kurang atau berat yang hilang setelah pemanasan. Adanya
senyawa organik yang menguap ditandai dengan
munculnya bau dan asap saat proses pemanasan. Dari hasil percobaan,
Kadar organik yang diperoleh sebanyak
93,5%.
Sedangkan
penentuan kadar anorganik dapat ditentukan dengan cara pemijaran pada suhu
diatas 500oC. Hal ini karena senyawa-senyawa anorganik umumnya memiliki titik
didih yang tinggi sehingga sulit menguap, maka digunakan suhu pemanasan yang
tinggi. Hasil dari pemijaran ini adalah abu. Kadar anorganik dapat diperoleh
dari hilangnya berat setelah dilakukan pemanasan. Persen randemen senyawa
anorganiknya sebanayak 50,3 %.
Biasanya,
seblum dilakukannya penimbangan, terlebih dahulu cruss porselin distabilkan
suhunya dalam desikator. Karena, pada saat pemanasan, kadar dari cruss sendiri
dapat berubah, semakan tinggi suhunya, maka akan semakan berkurang berat cruss,
maka diturunkan suhunya dengan desikator agar suhu kembali seperti semula dan
berat cruss porselin setelah pemanasan diatas 500oC akan sama
suhunya dengan setelah pemanasan pada suhu 100oC karena telah distabilkan
suhunya oleh silikia dalam desikator.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil dari percobaan penentuan kadar air, senyawa organik dan senyawa anorganik, maka
disimpulkan bahwa :
1.
Kadar air dalam tumbuhan
kentang sebanyak 1,4466 gram sebanyak 0,1229 gram atau sebasar 8,496 %.
2.
Kadar senyawa organik dalam
sampel tanaman kentangsebanyak 0,62
gram dengan persentase sebesar 64,84 %.
3.
Kadar senyawa anorganik dalam
sampel tanaman kentang sebanyak 0,389 gram atau sebesar 29,39 %.
5.2 Saran
Sebaiknya tumbuh-tumbuhan yang
digunakan tumbuh-tumbuhan yang masih hijau, artinya yang baru diambil dari
kebun atau persawahan, karena agar kadar air dalam tumbuhan tersebut masih
dalam keadaan utuh, belum ada yang hilang akibat dilakukannya pemanasan saat
sampel dilakukan preparasi.
DAFTAR
PUSTAKA
Day, R.A. dan A.L.
Underwood. 1981. Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi Keempat. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Dr.Estiasih Teti. 2009. Teknologi Pengolahan
Pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Fennema, Owen. 1996. Food Chemistry Third Edition.
New York: Marcel Dekker Inc.
Khopkar S.M. 1990. Konsepdasar kimia
analitik. Jakarta. UI-Press.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Dokumentasi
Gambar 1.
Menimbang cruss
porselin.
|
Gambar 2. Memasukkan
sampel tumbuhan dalam cruss sampel.
|
Gambar 3.
Sampel di
desikator agar suhunya stabil.
|
Gambar 4.
Hasil pengarangan
pada sampel kentang.
|
Lampiran 2 : Perhitungan
1.
% Kadar air =
= × 100%
= 8,496
%
2.
Sampel kering
= sampel – berat air
= 1,4466 g – 0,1229 g
= 1,3237 g
%
Kadar organik =
= × 100%
= 46,84 %
3.
% Kadar anorganik =
= ×
100%
= 29,39 %
Lampiran 3 : Pertanyaan dan Jawaban
1. Kenapa dalam penentuan kadar air, senyawa organik dan senyawa
anorganik menggunakan sampel dari tumbuh-tumbuhan?
Jawab :
Karena sampel
tunuhan mengandung kadar air dan mudah didapat.
2.
Kenapa penentuan kadar air pada
suhu 100 – 105°C?
Jawab :
Suhu optimum pada air adalah 100-105˚C jika lebih dari 110˚C. kandungan.organik akan
hilang, begitu pula pada kandungan anorganik jika dipanaskan lebih dari 500˚,
maka kandungan tersebut akan hilang.
3. Kenapa penentuan kadar anorganik
pada suhu 500°C dan senyawa yang ditimbang dalam bentuk senyawa apa ?
Jawab :
Karena unsur senyawa organik akan
menguap atau menghilang pada suhu lebih dari 500 C dan
senyawa yang terbentuk akan membentuk (Ca2O Fe2O3).
4.
Bagaimana
cara menentukan kadar senyawa organik?
Jawab :
Senyawa organik 100 - (kadar air + kadar anorganik) total kandungan
senyawa kimia dikurangi dengan 100% air dikurangi persentase dengan perser
anorganik.