Saturday, 23 July 2016

LAPORAN PRAKTIKUM GRAVIMETRI 1 : PENENTUAN KADAR AIR SENYAWA ORGANIK DAN SENYAWA ANORGANIK


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Prinsip Percobaan
Berdasarkan penentuan senyawa organik dan senyawa anorganik secara gravimetri dari sampel tumbuh-tumbuhan.

1.2 Tujuan Percocbann
Untuk menentukan kadar air dalam senyawa organik dan senyawa anorganik dari sampel tumbuhan
.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Teori Dasar
Penentuan kadar air, senyawa organik dan senyawa anorganik didasari perbedaan suhu (temperatur), dimana kadar bebas air dilakukan dengan pemansan pada suhu sekitar 100°C, kadar air terikat sekitar 150°C, senyawa anorganik merupakan massa/bobot abu sisa pemijaran pada suhu di atas 500oC. Adanya Senyawa organik dapat dideteksi dengan adanya bau yang menyengat atau terjadinya pengarangan. Kadar zat organik kemungkinan dapat dihitung yang merupakan selisih berat setelah pemanasan pada suhu 100˚C dikurangi berat abu.
Dalam praktikum ini dilakukan metoda gravimetri secara tidak langsung, yakni melalui proses tahapan, pengendapan, penyaringan dan penimbangan. Proses pengendapan yang dilakukan dengan menggunakan reagen tertentu sehinga terjadi reaksi.

2. 2 Teori Tambahan
Analisa gravimetri merupakan bagian utama dari kimia analitik. Langkah pengukuran pada cara gravimetri adalah dengan pengukuran berat. Analit secara fisik dipisahkan dari semua komponen lainnya dari contoh maupun dari solventnya. Pengendapan merupakan teknik yang secara luas digunakan untuk memisahkan analit dari gangguan-gangguan (A.L Underwood:1981).
Bagian terbesar dari penentuan secara analisa gravimetri meliputi transformasi unsur atau radikal ke senyawa murni stabil yang dapat segera diubah menjadi bentuk yang dapat ditimbang dengan teliti.Berat unsur dihitung berdasarkan rumus senyawa dan berat atom unsur-unsur yang menyusunnya.pemisahan unsur-unsur atau senyawa yang dikandung dilakukan dengan beberapa cara seperti: metode pengendapan, metode penguapan, metode elektroanalisis, atau berbagai macam metode lainnya (S.M. Khopkar:1990).
Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan terdiri dari 2 jenis garam, yaitu garam organik misalnya asetat, pektat, mallat, dan garam anorganik, misalnya karbonat, fosfat, sulfat, dan nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral pada bahan tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya. Kadar abu suatu bahan adalah residu senyawa oksida dan garam yang tersisa dari pengeringsn suatu bahan pada temperatur yang tinggi (Owen, 1996). 
Dalam pengeringan pangan umumnya diinginkan kecepatan pengeringan maksimum.berbagai cara dilakukan untuk mempercepat pindah panas dan pindah massa selama proses pengeringan.faktor yang mempengaruhi antara lain : luas permukaan,suhu,kecepatan pergerakan udara,kelembaban udara,tekanan atmosfer, penguapan air dan lama pengeringan (Teti, 2009)
      
BAB III
METODE PERCOBAAN

3. 1  Alat Dan Bahan
    3.1.1 Alat yang dipergunakan


a.         Cruss porselin                  
b.        Tungku pemanas (furnace)
c.        Neraca analitik
d.       Desikator
e.        Mortal dan alu
f.         Penjepit cruss porselin


 3.1.2 Bahan yang dipergunakan
1.      Tumbuh-tumbuhan monokotil/dikotil (dianginkan dan dibawa oleh praktikan).
3.2   MSDS
Klasifikasi tanaman kentang :
Kingdom          : Plantae
Divisi               : Spermatophyta
Sub Divisi        : Angiospermae
Kelas                : Dicotiledonae
Ordo                 : Solanales
Famili               : Solanaceae
Genus               : Solanum
Species             : Solanum tuberosum L.


3. 3 Cara Kerja                                
1.  Dipanaskan sebuah cruss porselin sampai pijar selama 15 menit. Dibiarkan mendingin, kemudian dimasukkan ke dalam desikator selama 10 menit. Ditimbang.
2.       Diulangi proses 1, sampai di dapat berat cruss porselin yang konstan.
3.  Sampel dari tumbuh-tumbuhan yang telah dikeringkan (diangin-angin, disiapkan oleh praktikan), pisahkan akar, batang dan daun. Dtimbang masing-masing ± 5 gram, setelah dipotong/ditumbuk halus.
4.        Sampel yang telah ditimbang dimasukkan ke dalam cruss porselin.
5.       Kemudian cruss porselin yang berisi sampel dipanaskan pada suhu sekitar 100°C, kemudian didinginkan di udara selama 5 – 10 menit, dimasukkan ke dalam desikator, didiamkan selama 10 menit, kemudian ditimbang.
6.           Ulangi proses poin 5. sampai didapat berat yang konstan (perbedan ±0,2 mg).
7.    Dianjutkan panaskan cruss porselin dan sampel kering sampai didapat residu yang tidak berwarna hitam dari karbon. Selanjutnya, untuk penentuan senyawa anorganik, dipijarkan pada suhu >500°C sampai terbentuk endapan warna putih atau abu-abu, timbang sampai berat konstan.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Percobaan
Penimbangan cruss porselin
Penimbangan
Berat Awal
Berat Akhir
Selisih Berat
Berat Konstan
1
36,3426 g
36,3422 g
0,0004 g
36,4320 g
2
36,3422 g
36,3420 g
0,0002 g

Penentuan kadar air
Penimbangan
Berat Awal
Berat Akhir
Selisih Berat
Berat Air
1
37,7886 g
37,7056 g
0,083 g
37,7886 g – 37,6657 g  = 0,1229 g
2
37,7056 g
37,6658 g
0,0398 g
3
37,6658 g
37,6657 g
0,0001 g

Penentuan kadar senyawa organik dan senyawa anorganik
Pemanasan
Berat Awal
Berat Akhir
Selisih Berat
± 250oC
37,6657 g
37,0268 g
0,62 g
>500oC
37,0268 g
36,6378 g
0,389 g

4.2 Pembahasan
Pada percobaan penentuan kadar air dalam senyawa organik dan senyawa anorganik, sampel yang digunakan adalah tumbuh-tumbuhan (tanaman kentang). Karena dalam tunbuh-tumbuhan terdapat kandungan air, senyawa organik dan senyawa anorganik. Selain taumbuh-tumbuhan sampel lain yang bisa digunakn sebenarnya adalah dari heawani, akan tetapi apabila digunakan sampel binatang, maka akan lebih sulit mendapatkannya dan lebih sulit analisanya serta akan membunuh binatang-binatang yang digunakan, maka dari itu digunakanlah tanaman. Adanya kandungan air senyawa organik dan anorganik dapat ditentukan secara gravimetri.
       Pada dasarnya, gravimetri akan memberikan hasil dari berat sampel, yaitu melalui selisaih sampel yang berkurang akibat adanya pemanasan. Karena pada dasarnya, senyawa-senyawa memiliki titik didih yang kemudian akan menguap berpindah fasa menjadi uap. Dari titik didih tersebut tentu karena senyawa tertentu akan menghilang dalam sampel, maka berat sampel akan berkurang, sehingga selisih berat sampel tersebut adalah berat senyawa yang ditentukan akibat terjadinya penguapan. Dalam gravimetri, untuk mengetahui  berat awal sampel yang digunakan, maka haruslah digunakan wadah yang sudah bersih dari apapun termasuk air. Karena dihatirkan saat pemanasan air yang bukan dari sampel ikut menghilang sehingga akan terhitung dalam kadar air nantinya. Maka dari itu, wadar haruslah dilakukan penimbangan hingga diperoleh massa yang konstan.
       Antara air, senyawa organik seperti karbon , dan senyawa anorganik memiliki titik didih yang berbeda. Air memiliki titik didih 100oC sedangkan senyawa organik dalam tanaman memiliki titik didih yang lebih tinggi dari air dan senyawa anorganik memiliki titik didih lebih tinggi dari senyawa organik, maka dari itu , air ditentukan kadarnya barulah penentuan kadar senyawa organik lalu barulah penentukan senyawa anorgaik.  Dalam hal ini, dilakukan penaikkan suhu secara pertahap. Apabila suhu dilakukan langsung suhu tunggi , maka penentuan kadar apapun baik air maupun organik dan anorganik tidak akan memperoleh data yang benar, karena jika dilakukan langsung dengan pemanasan dengan suhu tinggi, maka semua senyawa akan menguap dan kita tidak dapat tahu senyawa tersebut itu apa sehingga penentuan kadar akan kurang tepat dan benar.
       Air memiliki tititk didih 100oC , dimana pada suhu tersebut air akan mengalami peubahan wujud dari cair dalam sampel padat tanaman yang membuat lembab akan menjadi uap sehingga sampel menjadi kering. Terjadinya penguapan air dalam sampel ini akan memerikan pengurangan berat pada sampel tanaman kentang tersebut, sehingga berat air dapat diketahui denganmengurangi berat awal dikurangi berat setelah pemanasan. Dari hasil percobaan, berat air dalam sampel adalah 0,1229 gram dengan persen randemen sebesar 8,496 %.
       Kemudian untuk penentuan kadar senyawa organik, pemanasan dilakukan pada suhu yang lebih tinggi yaitu 200oC. Seperti halnya penentuan kadar air, penentuan kadar organik juga sama langkahnya dan kadarnya pula dapat diketahui dengan menghitung berat yang kurang atau berat yang hilang setelah pemanasan. Adanya senyawa organik yang menguap ditandai dengan  munculnya bau dan asap saat proses pemanasan. Dari hasil percobaan, Kadar  organik yang diperoleh sebanyak 93,5%.
       Sedangkan penentuan kadar anorganik dapat ditentukan dengan cara pemijaran pada suhu diatas 500oC. Hal ini karena senyawa-senyawa anorganik umumnya memiliki titik didih yang tinggi sehingga sulit menguap, maka digunakan suhu pemanasan yang tinggi. Hasil dari pemijaran ini adalah abu. Kadar anorganik dapat diperoleh dari hilangnya berat setelah dilakukan pemanasan. Persen randemen senyawa anorganiknya sebanayak 50,3 %.
       Biasanya, seblum dilakukannya penimbangan, terlebih dahulu cruss porselin distabilkan suhunya dalam desikator. Karena, pada saat pemanasan, kadar dari cruss sendiri dapat berubah, semakan tinggi suhunya, maka akan semakan berkurang berat cruss, maka diturunkan suhunya dengan desikator agar suhu kembali seperti semula dan berat cruss porselin setelah pemanasan diatas 500oC akan sama suhunya dengan setelah pemanasan pada suhu 100oC karena telah distabilkan suhunya oleh silikia dalam desikator.

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari percobaan penentuan kadar air, senyawa organik dan senyawa anorganik, maka disimpulkan bahwa :
1.    Kadar air dalam tumbuhan kentang sebanyak 1,4466 gram sebanyak 0,1229 gram atau sebasar 8,496 %.
2.    Kadar senyawa organik dalam sampel tanaman kentangsebanyak 0,62 gram dengan persentase sebesar 64,84 %.
3.    Kadar senyawa anorganik dalam sampel tanaman kentang sebanyak 0,389 gram atau sebesar 29,39 %.

5.2 Saran
               Sebaiknya tumbuh-tumbuhan yang digunakan tumbuh-tumbuhan yang masih hijau, artinya yang baru diambil dari kebun atau persawahan, karena agar kadar air dalam tumbuhan tersebut masih dalam keadaan utuh, belum ada yang hilang akibat dilakukannya pemanasan saat sampel dilakukan preparasi.

DAFTAR PUSTAKA

Day, R.A. dan A.L. Underwood. 1981.  Analisa Kimia Kuantitatif, Edisi    Keempat. Jakarta: Penerbit         Erlangga.
Dr.Estiasih Teti. 2009. Teknologi Pengolahan Pangan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Fennema, Owen. 1996. Food Chemistry Third Edition. New York: Marcel Dekker Inc.
Khopkar S.M. 1990. Konsepdasar kimia analitik. Jakarta. UI-Press.


LAMPIRAN

Lampiran 1    : Dokumentasi
Description: D:\Kuliah\Kimia Analitik\KA 2\gravimetri 1\P_20160413_113634.jpg
Description: D:\Kuliah\Kimia Analitik\KA 2\gravimetri 1\P_20160413_113410.jpg
Description: D:\Kuliah\Kimia Analitik\KA 2\gravimetri 1\P_20160413_112818.jpg
Description: D:\Kuliah\Kimia Analitik\KA 2\gravimetri 1\P_20160413_131500.jpg
Gambar 1.
Menimbang cruss porselin.
Gambar 2. Memasukkan sampel  tumbuhan dalam cruss sampel.
Gambar 3.
Sampel di desikator agar suhunya stabil.
Gambar 4.
Hasil pengarangan pada sampel kentang.

Lampiran 2    : Perhitungan
1.      % Kadar air              =
                                 =     × 100%
         = 8,496 %

2.      Sampel kering = sampel – berat air
= 1,4466 g – 0,1229 g
= 1,3237 g
% Kadar organik     =
                    =   × 100%
                    = 46,84 %


3.      % Kadar anorganik =
                    =  × 100%
                                = 29,39 %
Lampiran 3    : Pertanyaan dan Jawaban
1.   Kenapa dalam penentuan kadar air, senyawa organik dan senyawa anorganik menggunakan sampel dari tumbuh-tumbuhan?
Jawab :
Karena sampel tunuhan mengandung kadar air dan mudah didapat.
2.      Kenapa penentuan kadar air pada suhu 100 – 105°C?
Jawab :
Suhu optimum pada air adalah 100-105˚C jika lebih dari 110˚C. kandungan.organik akan hilang, begitu pula pada kandungan anorganik jika dipanaskan lebih dari 500˚, maka kandungan tersebut akan hilang.
3.      Kenapa penentuan kadar anorganik pada suhu 500°C dan senyawa yang ditimbang dalam bentuk senyawa apa ?
Jawab :
Karena unsur senyawa organik akan menguap atau menghilang pada suhu lebih dari 500 C dan senyawa yang terbentuk akan membentuk (Ca2O Fe2O3).
4.        Bagaimana cara menentukan kadar senyawa organik?
Jawab :

Senyawa organik 100 - (kadar air + kadar anorganik) total kandungan senyawa kimia dikurangi dengan 100% air dikurangi persentase dengan perser anorganik.