ABSTRAK
Unsur transisi deret pertama adalah unsur-unsur logam
transisi yang terletak pada periode atas dalam kelompok logam transisi,
diantaranya: Sc, Ti, V, Cr, Mn, Fe, Co, Ni, Cu, dan Zn. Unsur ini memiliki
electron valensi pada orbital d sehingga memiliki beberapa sifat seperti
katalis, warna larutan dan kemagnetan. Pada beberapa kasus, reaktifitas ion – ion
logam transisi. berhubungan
dengan sifat kekerasan dan kelunakan dari kation dan anionnya Logam-logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d), dan ketiga (5d), umumnya menunjukkan sifat-sifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam satu periode. Kemiripan sifat maupun perbedaan yang
khas ditunjukkan oleh kelompok golongan dari logam transisi
tersebut. Untuk mengenali kemiripan
maupun perbedaannya yang khas antar unsur, dapat dilakukan uji reaksi khusus. Logam transisi juga
sangat erat kaitannya dengan senyawa kompleks. Senyawa kompleks merupakan senyawa yang tersusun dari ion logam dengan
satu atau lebih ligan. Kompleks ini akan mempengaruhi reaksi yang terjadi pada
unsur transisi tersebut dengan reaktannya. Reaktifitas suatu senyawa
dapat diamati dari adanya perubahan warna maupun terbentuknya endapan. Melalui
percobaan dengan penambahan reagen pada sample nikel dan zinc yakni NaOH 2M, NaOH pekat (50%), KSCN 1M, Amoniak 1M dan Natrium Karbonat 1M bedasarkan
perubahan yang terlihat dari warna dan endapan
yang terbentuk didapat bahwa dari kelima pengujian didapat logam nikel lebih reaktif dari
logam Zinc.
PENDAHULUAN
Logam-logam transisi seri pertama (3d), kedua (4d),
dan ketiga (5d), menunjukkan sifat-sifat kimiawi yang sangat berdekatan dalam
periodenya, dan kemiripan maupun perbedaan yang khas ditunjukkan oleh kelompok
golongannya.
Unsur-unsur deret peralihan utama
mengandung atom - atom atau ion-ion dengan orbital d yang belum terisi penuh.
Sedangkan unsur-unsur peralihan dalam mengandung atom-atom dengan orbital f
yang belum penuh. Sifat kimia unsur-unsur ini penting secara teoritis maupun
secara praktis. Satu sifat penting unsur peralihan ialah kemampuannya untuk
membentuk ion kompleks. Sifat-sifat unsur peralihan deret pertama, misalnya
memiliki titik cair yang tinggi, daya hantar listrik yang baik, dan kekerasan
sedang sampai tinggi adalah akibat dari cepat tersedianya elektron dan orbital
untuk elektron dan orbital untuk membentuk ikatan logam. Potensial elektroda
baku meningkat sesuai dengan meningkatnya nomor atom sepanjang deret
peralihan. (Petrucci, 1987)
Teori medan
kristal (Bahasa Inggris: Crystal Field Theory), disingkat CFT, adalah sebuah
model yang menjelaskan struktur elektronik dari senyawa logam transisi yang
semuanya dikategorikan sebagai kompleks koordinasi. Teori ini dikembangkan
menurut perubahan energi dari lima degenerat orbital-d ketika dikelilingi oleh
ligan-ligan. Ketika ligan mendekati ion logam, elektron dari ligan akan
berdekatan dengan beberapa orbital-d logam dan menjauhi yang lainnya,
menyebabkan hilangnya kedegeneratan (degeneracy). Elektron dari orbital-d dan
dari ligan akan saling tolak menolak. Oleh karena itu, elektron-d yang
berdekatan dengan ligan akan memiliki energi yang lebih besar dari yang
berjauhan dengan ligan, menyebabkan pemisahan energi orbital-d.
Pemisahan
ini dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut: sifat-sifat ion logam, keadaaan oksidasi logam. Keadaan oksidasi yang lebih
besar menyebabkan pemisahan yang lebih besar. Susunan ligan disekitar ion
logam. sifat-sifat ligan yang mengelilingi ion logam. Efek ligan yang
lebih kuat akan menyebabkan perbedaan energi yang lebih besar antara orbital 3d
yang berenergi tinggi dengan yang berenergi rendah. Besarnya perbedaan energi Δ
antara dua kelompok orbital tergantung pada beberapa faktor, seperti
sifat-sifat ligan dan struktur geometri kompleks. Beberapa ligan selalu menghasilkan nilai Δ yang kecil, sedangkan beberapa
lainnya akan selalu menghasilkan nilai yang lebih besar. Keadaan oksidasi logam juga memengaruhi besarnya Δ
antara energi (energy level) yang tinggi dan rendah.
Dalam senyawa,
unsur transisi selalu mempunya bilangan oksidasi positif dan nilainya dapat
bervatiasi dari +1 sampai +8. Ada beberapa hal penting, yang pertama kebanyakan
unsur transisi mempunyai lebih dari satu bilangan oksidasi. Kedua, kestabilan
unsur tansisi cenderung yang memiliki bilangan oksidasi tinggi, umumnya
bilangan oksidasi tertinggi unsur ini mempunyai sama dengan golongannya.
Ketiga, unsur transisi bagian bawah cenderung mempunyai lebih dari satu
bilangan oksidasi yang stabil. (Syukri, 1999)
BAHAN, ALAT DAN METODE PERCOBAAN
Bahan dan Alat
Bahan
yang digunakan dalam percobaan ini merupakan logam-logam campuran dalam bentuk
cair, diantaranya : NaOH 2M, NaOH pekat (50%), KSCN 1M, Amoniak 1M dan Natrium Karbonat 1M, MnCl2, CrCl3.H2O, NiCl2 CoCl2,, Fe(NO3)3,
(NH4)2Fe(SO4)2.H2O, ZnCl2, CuCl2..
Alat-alat yang digunakan dalam percobaan ini meliputi tabung reaksi, rak
tabung, pipet tetes, gelas ukur 5 mL, batang pengaduk, dan botol semprot.
Metode Percobaan
Larutan NaOH 2M
sedikit demi sedikit dimasukkan ke dalam 2 mL larutan MnCl2 1M
sehingga berlebih. Lakukan hal yang sama untuk larutan logam (NH4)2Fe(SO4)2.H2O,
Fe(NO3)3, CrCl3.H2O, CoCl2,
CuCl2, NiCl2. Percobaan pertama diulang untuk semua
larutan logam namun dengan pereaksi NaOH pekat (50%), KSCN 1M, Amonia 1M,
Natrium Karbonat 1M. Percobaan tersebut diulang namun untuk larutan sampel yang
tidak diketahui.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Percobaan
Bahan
|
Pereaksi
|
||||
a
|
B
|
c
|
d
|
e
|
|
MnCl2
|
Keruh putih, gumpalan
noda diatas.
|
Putih susu, noda
diatas, endapan.
|
_
|
Keruh, noda
diatas, endapan putih.
|
Keruh, endapan
putih.
|
CrCl3
|
Hijau toska, endapan
hijau.
|
Hijau tua,
gumpalan diatas.
|
Biru pekat.
|
2 fasa, Atas
hijau, bawah biru.
|
Biru pekat,
endapan biru.
|
NiCl2
|
Endapan hijau.
|
Penggumpalan
dibagian tengah
|
_
|
Gumpalan diatas.
|
Endapan putih.
|
CoCl2
|
Endapan merah
muda.
|
Gumpalan hijau,
biru, putih susu.
|
Merah muda pekat
mening.
|
Merah muda, hijau
muda, endapan.
|
Ungu bening,
endapan ungu, endapan ungu tua.
|
Fe(NO3)3
|
Coklat, endapan hitam.
|
Coklat, endapan
kemerahan.
|
Merah kehitaman.
|
Jingga, noda
ditengah, endapan.
|
Jingga, endapan
coklat muda.
|
(NH4)2
Fe(SO4)2
|
Hijau kebiruan,
gumpalan kuning.
|
Hijau gelap,
endapan hijau.
|
Jingga bening.
|
Keruh, gumpalan
biru pekat.
|
Endapan hijau
|
ZnCl2
|
Keruh putih.
|
Endapan putih.
|
Endapan putih
pucat.
|
Putih, gumpalan
noda pada permukaan.
|
Endapan putih.
|
CuCl2
|
Endapan biru muda
|
Endapan biru tua.
|
Hijau muda, noda,
endapan kuning.
|
Biru muda bening.
|
Keruh putih.
|
Sampel
|
-
|
Hijau pudar
|
-
|
Keruh putih
|
Keruh putih
|
Keterangan :
Pereaksi a
= NaOH 2M
Pereaksi b =
NaOH pekat (50%)
Pereaksi c =
KSCN 1M
Pereaksi d = NH4OH
1M
Pereaksi e = Na2CO3
1M
Tanda “–“ = Tidak mengalami perubahan.
Pembahasan
Saat sampel dalam tabung reaksi yang masing-masing berisi
larutan MnCl2, CrCl3.H2O, NiCl2, CoCl2,, Fe(NO3)3,
(NH4)2Fe(SO4)2.H2O, ZnCl2, CuCl2
ditetesi dengan 5 tetes NaOH 2M membentuk endapan, yang dimana endapan tersebut
merupakan garam. Akan tetapi pada larutan ZnCl2 tidak terjadi endapan garam melainkan larutan yang keruh.
Larutan ZnCl2 memang tidak mengandung endapan garam, akan tetapi
larutan tersebut memiliki garam yang larut. Hal ini dapat diketahui dari reaksi
debagai berikut :
ZnCl2 + 2NaOH = Zn(OH)2 + NaCl
Dimana NaCl merupakan garam dapur. Bukti lain adanya
garam setelah ZnCl2 ditetesi dengan NaOH 2M adalah adanya endapan
setelah ZnCl2 ditetesi dengan 5 tetes NaOH pekat. Dalam hal ini,
nilai konsentrasi mampu mempengaruhi banyaknya reaksi yang terjadi dalam suatu
sistem.
Jika membandingkan larutan ZnCl2 dengan
larutan logam transisi lainnya seperti NiCl2,
maka larutan NiC2 lebih
reaktif daripada larutan ZnCl2. Bukti dari pernyataan tersebut adalah
adanya endapan garam yang nyata terlihat pada larutan NiCl2, sedangkan pada larutan ZnCl2 hanya membentuk larutan garam. Maka dengan demikian, logam
Ni lebih reaktif daripada logam Zn.
Kemudian
jika hasil reaksi antara larutan logam transisi CrCl3.H2O, MnCl2, Fe(NO3)3,
(NH4)2Fe(SO4)2.H2O, CoCl2,,
NiCl2 dan CuCl2 dibandingkan, endapan yang dihasilkan berbeda-beda. Endapan tersebut
masing-masing berwarna biru toska, biru tua, coklat, kehijauan sedikit muda,
biru sedikit muda, hijau muda dan biru muda sedikit putih. Endapan-endapan
tersebut makin muda warnanya (secara berurutan). Hal ini menunjukan bahwa tingkat reaktivitas CrCl3.H2O > MnCl2 > Fe(NO3)3
> (NH4)2Fe(SO4)2.H2O
> CoCl2, > NiCl2 > CuCl2.
Atau bisa dikatakan tingkat reaktivitas Cr > Mn > Fe > Co > Ni >
Cu dan tentunya Cu > Zn. Jika kita melihat susunan berkala unsur-unsur
kimia, maka bisa dikatakan bahwa semakin ke kanan reaktivitas unsur semakin kurang reaktif,
dan semakin ke kiri reaktivitas unsur
semakin tinggi.
Perbedaan reaktivitas
ini desebabkan oleh bedanya elektron valensi pada tiap-tiap unsur namun dengan
jumlah orbital atau kulit yang sama. Seperti
pada Nikel dan Zinc, pada nikel dan zinc keduanya memiliki orbital yang sama
yaitu orbital d akan tetapi dalam orbital tersebut jumlah elektron yang ada
tidak sama. Pada Zinc, jumlah elektron yang berada pada orbital d sebanyak 10
elektron. Hal ini menunjukkan bahwa orbital d pada Zinc sudah penuh, sehingga
Zn cenderung stabil. Sedangkan pada Nikel, jumlah elektron yang berada pada
orbital d sebanyak 8 elektron, dimana orbital d pada Nikel membutuhkan 2 elektron agar orbital d
terpenuhi dan tidak ada yang kosong maka kekurangan elektron tersebut
membuat Ni menjadi reaktif dan mudah bereaksi dengan pereaksi seperti NaOH.
Begitupula dengan logam transisi lainnya yang kekurangan elektron pada orbital
d.
Kemudian
dari hasil percobaan juga terdapat noda-noda yang lama kelamaan berwarna
semakin pekat pada dinding tabung, noda tersebut merupakan lapisan-lapisan
seperti korosif, berwarna semakin gelap setelah beberapa menit adalah akibat ia
berkontak dengan udara sehingga terjadi oksidasi. Lapisan/ noda ini tidak
muncul pada saat MnCl2 ditambahkan dengan KSCN karena ia tidak
bereaksi dan tidak menimbulkan perubahan. Sedangkan pada larutan sampel
tidak dapat dipastikan senyawa apa yang terdapat didalamnya. Karena saat sampel
ditetesi dengan 5 pereaksi, tidak adanya kemiripan perubahan warna seperti
sampel yang sudah diketahui senyawanya, bahkan sampel yang tidak diketahui
senyawanya tidak mengalami perubahan
warna ataupun wujud yang signifikan.
KESIMPULAN
Dari beberapa percobaan dalam praktikum ini, maka diperoleh beberapa
kesimpulan, diantaranya :
1. Reaksi yang terbentuk merupakan basa dengan garamnya,
2. Semakin pekat warna endapan, maka makin tinggi nilai
reaktivitasnya,
3. Banyaknya endapan menunjukkan reaktivitas logam
transisi,
4. Logam Zn merupakan logam yang paling stabil
dibandingkan dengan logam lainnya pada golongan transisi,
5. Semakin ke kiri, nilai eaktivitasnya makin tinggi dan
makin ke kanan, nilai reaktivitasnya berkurang,
6. Elektron valensi dalam orbital sangat berpengaruh
terhadap reaktivitas unsur.
DAFTAR
PUSTAKA
Cotton dan Wilkinson, 1989,
“Kimia
Anorganik Dasar”, Edisi
Pertama, Universitas Indonesia Press: Jakarta.
Petrucci, Ralph. H, 1985, “Kimia Dasar, Prinsip Dan Terapan Modern”,
Jilid ketiga. Jakarta:
Erlangga.
Senadi dan Arie. 2015. Petunjuk Praktikum Kimia Anorganik 1. Cimahi: Labroratorium Kimia Anorganik FMIPA- UNJANI.
Svehla, G. 1990. “Vogel I Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.
Svehla, G. 1990. “Vogel I Analisis Anorganik Kualitatif Makro dan Semimikro”. Jakarta: PT.Kalman Media Pusaka.
Syukri, S. 1999. “Kimia
Dasar 3”. Jakarta: ITB.
No comments:
Post a Comment